Daftar
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.3
TUJUAN
1.4
MANFAAT
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
PENGERTIAN
2.2
ANATOMI FISIOLOGI
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
DEFINISI
3.2
ETIOLOGI
3.3
KLASIFIKASI
3.4
MANIFESTASI KLINIS
3.5
PATOFISIOLOGI
3.6
KOMPLIKASI
3.7
PENATALAKSANAAN
3.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.9
PENCEGAHAN
BAB IV
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
A. Pengkajian
KELUHAN
UTAMA
RIWAYAT
PENYAKIT
PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN
PSIKOSOSIAL
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
E.
EVALUASI
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi
saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin,
namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu
menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai
gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa
gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi
saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan::
a. Fokus
infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis
karena infeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang
menderita infeksi.
c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian
anibiotika.
Infeksi
saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra
wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur
ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan
urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang
pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra
sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil
mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone,
termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin
dibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada
keadaan-keadaan tertentu.
Faktor
protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah pembentukan
selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini mempunyai
fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem
perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami menopause
rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran kemih
pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi
sebagai antibakteri.
Infeksi
saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah
lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia
prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di
bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan
obstruksi aliran yang merupakan
predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi prostat
memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap
diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena
tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan peningkatan
frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda
spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami
peningkatan risiko infeksi.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari cytitis pada anak ?
2. Apa
etiologi dari cytitis pada anak ?
3.
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan cytitis pada anak ?
1.3
TUJUAN
1. Mampu
menjelaskan pengertian dari cytitis pada anak
2. Mampu
menguraikan etiologi dari cytitis pada anak
3. Mampu
memahami asuhan keperawatan ada pasien dengan cytitis pada anak
1.4
MANFAAT
1. Dapat
menjelaskan pengertian dari cytitis pada anak
2. Dapat
menguraikan etiologi dari cytitis pada anak
3. Dapat
memahami asuhan keperawatan ada pasien dengan cytitis pada anak
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
PENGERTIAN
Cystitis
adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra
kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau
sistoskop.
Beberapa
penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur
setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia
dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada
wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan
diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai
substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi
ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena
kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah
pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi
sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis,
atau batu pada kandung kemih.
Cystitis
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
Þ Cystitis primer,merupakan radang yang
mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti
batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
Þ Cystitis sekunder, merukan gejala yang
timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis
2.2
ANATOMI FISIOLOGI
Dalam
keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah
ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang
merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.
Dari
kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui
penis (pria) dan vulva (wanita).
Fungsi
ginjal adalah untuk:
- Menyaring limbah metabolik
- Menyaring kelebihan natrium dan air
dari darah
- Membantu membuang limbah metabolik
serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
- Membantu mengatur tekanan darah
- Membantu mengatur pembentukan sel
darah.
Setiap
ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
Sebuah
nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang
berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus).
Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
Darah
yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar
bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada
dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula
Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang
besar (misalnya protein).
Cairan
yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman (daerah yang erletak
diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan mengalir ke dalam
tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari
kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring
diserap kembali dan dikembalikan ke darah.
Ginjal juga
menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekul-molekul yang besar
(termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus. Molekul tersebut
dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup besar untuk dapat melewati
lubang-lubang pada penyaring glomerulus.
Bagian
berikutnya dari nefron adalah ansa Henle.
Ketika
cairan melewati ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa
keluar sehingga cairan yang tersisa menjadi semakin pekat.
Cairan
yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam
tubulus distal, semakin banyak jumlah natrium yang dipompa keluar.
Cairan
dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus
kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai
cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih
dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat.
Tubuh
mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air
melalui hormon-hormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal.
Air
kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke
kandung kemih; aliran tersebut bukan merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah
pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah air kemih dalam gerakan
bergelombang (kontraksi).
Setiap
ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter
adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih
bisa lewat) dan menutup.
Air
kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di dalam kandung
kemih.
Kandung
kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk
menampung jumlah air kemih yang semakin bertambah.
Jika
kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang
menyampaikan pesan untuk berkemih.
Selama
berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan
membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung
kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong air kemih menuju ke
uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan otot-otot perut.
Sfinger
pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik
air kemih ke ureter.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
DEFINISI
Cystitis
adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra
kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau
sistoskop.
Sistitis
adalah infeksi kandung kemih yang menyebabkan rasa panas saat buang air kecil.
Urin dalam kondisi normal, biasanya steril, tapi, Karena selama kehamilan,
saluran kemih Ibu menjadi elastis dan melebar, sehingga bakteri mudah masuk.
Sistitis
adalah infeksi pada kandung kemih.Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada
wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi
kandung kemih secara berulang.
Sistitis
adalah Inflamasi (peradangan) akut pada mukosa buli-buli (kandung kemih) yang
sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
3.2
ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram
negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut
pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya
termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas
bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada
infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan
manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada
wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada
pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra,
neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
Þ Jalur infeksi
Tersering
dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
Infeksi
ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
Penyebaran
infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya
appendiksitis
Pada
laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
Þ Faktor predisposisi
Benda
asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula
usus
Instrumentasi
saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
Retensi
urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
Hubungan
seksual
3.3
KLASIFIKASI
Cystitis
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
· Cystitis primer,merupakan radang yang
mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti
batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
· Cystitis sekunder, merukan gejala yang
timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis.
3.4
MANIFESTASI KLINIS
pada
umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
· peningkatan frekwensi miksi baik
diurnal maupun nokturnal
· disuria karena epitelium yang meradang
tertekan
· rasa nyeri pada daerah suprapubik atau
perineal
· rasa ingin buang air kecil
· hematuria
· demam yang disertai adanya darah dalam
urine pada kasus yang parah
3.5
PATOFISIOLOGI
Patogenesis
infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor
seperti faktor infeksi dan faktor non infeksi. Bakteri masuk melalui ureter
kemudian bakteri melekat pada pada sel uroepitelial yang mengakibatkan infeksi
dan tubuh berkompensasi dengan meningkatkan leukosit untuk melawan bakteri,
sehingga suhu tubuh maningkat. Bakteri berkolonisasi terus menerus sehingga
masuk ke vesika urinaria dan merusak lapisan kandung kemih glycoprotein mucin layer hingga menembus
epitel dan mengakibatkan spasme otot polos vesika urinaria terganggu dan sulit
untuk relaksasi dan rasa nyeri pun timbul.
Kontraksi
spasme otot terus terjadi berulang ulang namun urin dengan volume yang rendah
yang mengakibatkan distensi kandung kemih. Vesika urinaria tidak mampu
menampung urine akibatnya rasa ingin BAK terus menerus atau BAK berulang kali,
dan sakit waktu miksi (dysuri).
Infeksi
(bakteri,
jamur, virus, parasit)
nyeri
infeksi
Suhu
Leukosit
Gg. Pola
eliminasi
BAK
sering sedikit-sedikit
vesika
urinaria tidak kuat menampung urine
Detensi
kandung kemih
Urine
sedikit-sedikit keluar
Kontraksi
spasme otot polos terus menerus
sulit
relaksasi
Spasme
otot polos vesika urinaria terganggu
Menembus
epitel
Kolonisasi
dipermukaan mukosa vesika urinaria
Merobek
lapisan glycoprotein munclayer di mukosa urinaria
Masuk ke
vesika urinaria
Kolonisasi
di periu retral
Kolonisasi
bakteri
Masuk
melalui ureter
Melekat
pada sel uroepitelial
Non
infeksi
(bahan
kimia, radiasi, obat-obatan)
3.6
KOMPLIKASI
· Pyelonefritis
· Infeksi darah melalui penyebaran
hematogen (sepsis)
3.7
PENATALAKSANAAN
Terapi
antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
· Antibiotik umum digunakan adalah:
· Amoxicillin
· Doxycycline (tidak boleh digunakan di
bawah umur 8)
· Cephalosporins
· Nitrofurantoin
· Sulfa narkoba (sulfonamides)
· Trimethoprim-sulfamethoxazole
Penatalaksanaan
dari cystitis tipe infeksi adalah :
· Minum banyak cairan untuk mengeluarkan
bakteri yang ada dalam urine
· Pemberian antibiotic oral selama 3
hari, jika infeksinya kebal AB 7 – 10 hari
· Atropine untuk meringankan kejang otot
· Fenazopridin untuk mengurangi nyeri
· Membuat suasana air kemih menjadi basa
yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air
· Pembedahan, bila ada sumbatan aliran
kemih atau kelainan struktur
· Penatalaksanaan pada cystitis tipe
noninfeksi :
· Meningkatkan intake cairan 2 – 3
liter/hari
· Kaji haluan urine terhadap perubahan
warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil
urinalisis ulang
· Bersihkan daerah perineum dari depan
ke belakang
· Hindari sesuatu yang membuat iritasi,
contoh : CD dari nylon
· Istirahat dan nutrisi adekuat
· Kosongkan kandung kemih segera setelah
merasa ingin BAK
Dianjurkan
untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang
mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang
untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
Pilihan
utama pada ISK akut tanpa komplikasi adalah nitrofurantoin, trimetroprim, atau
kotrimoksazol. Disamping ini, pasien harus banyak minum air, minimal 2 liter
sehari, dengan tujuan menstimulasi diuresis sehingga kuman tidak berkesempatan
memperbanyak diri di dalam kandung kemih. Bila setelah 3-5 hari gejala belum
hilang atau belum berkurang, sebaiknya diganti dengan pipemidinat atau
siprofloksasin, atau dengan amoksisilin ditambah dengan asam klavulanat bila
diperkirakan adanya kuman-kuman yang sudah resisten.
Nitrofurantoin
kurang aktif bila kemih bereaksi basa.
Gentamisisn
atau/dan suatu sefalosporin dari generasi ketiga dapat pula digunakan terhadap
pseudomonas.
Kasus
Ringan cystitis menghilang sendiri tanpa pengobatan. Karena risiko infeksi
menjalar ke ginjal, biasanya antibiotik dianjurkan. Penting agar menyelesaikan
seluruh kursus diresepkan antibiotik. Untuk sistitis ringan, langkah pertama
yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan
membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh
pertahanan alami tubuh.
Pada
anak-anak, cystitis harus segera diobati dengan antibiotik untuk melindungi
mereka berkembang ke ginjal. Pada lanjut usia, perawatan dianjurkan karena
semakin besar kemungkinan komplikasi.
Quinolones
(tidak boleh digunakan pada anak-anak)
Kebanyakan
orang-tua perempuan dewasa hanya membutuhkan 3 hari antibiotik. Jika infeksi
telah menyebar ke salah satu ginjal, anda mungkin perlu masuk rumah sakit
sehingga anda dapat menerima cairan dan antibiotik melalui pembuluh darah.
Jika
kronis atau berulang UTI harus dirawat dengan teliti karena kesempatan dari
infeksi ginjal. Antibiotik mungkin perlu diberikan untuk jangka waktu yang
panjang (selama 6 bulan sampai 2 tahun), atau lebih kuat Antibiotik mungkin
diperlukan daripada untuk tunggal, uncomplicated episode dari cystitis.
Phenazopyridine
hydrochloride (Pyridium) dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan dan urgensi
yang terkait dengan cystitis. Selain itu, obat acidifying seperti ascorbic acid
mungkin dianjurkan untuk mengurangi konsentrasi bakteri dalam air seni.
Jika
anatomis abnormal ada, operasi untuk memperbaiki masalah.
Terkadang
diperlukan antikolinergik (misalnya: propanthelin bromide) untuk mencegah
hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik
pada saluran kemih.
3.8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Urinalis : urine tengah
Ketika infeksi
terjadi,memperlihatkan bakteriuria,WBC (White Blood Cell),RBC(Red Blood
Cell),dan .endapan sel darah putih dengan keterlibatan ginjal.
Tes
sensetifitas : banyak mikroorganisme sesnsitf terhadap antibioticdan
antiseptic,berhubungan dengan infeksi berulang.
b) Pengkajian radiographic
Cistitis ditegakkan berdasarkan
history,pemeriksaan medis dan laborat, jika tertdapat retensi urine dan
obstruksi aliran urine dilakukan IPV ( Identivikasi perubahan abnormalitas
structural)
c) Culture :Mengidentifikasi bakteri
penyebab
d) Sinar X ginjal,Ureter dan kandung kemih
mengidentifikasi anomaly struktur nyata.
3.9
PENCEGAHAN
· Memperbanyak mengkonsumsi air minum
setiap harinya.
· Jangan menunda bila merasa ingin
buang air kecil.
· Bagi wanita, berceboklah dengan cara
dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina atau
uretra.
· Bersihkan alat vital Anda sebelum
berhubungan
· Buang air kecil setelah berhubungan
seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing
· Jangan menahan kencing bila Anda
ingin buang air kecil
· Mandi dengan gayung/shower, tidak
dengan bath tub.
· Hindari penggunaan cairan yang tidak
jelas manfaatnya pada alat kelamin karena dapat mengiritasi urethra.
BAB IV
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri
dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
A. Identitas Klien
Nama/Nama
panggilan :
Tempat
tgl lahir/usia :
Jenis
kelamin :
A g a m
a :
Pendidikan
:
Alamat :
Tgl
masuk :
Tgl
pengkajian :
Diagnosa
medik :
Rencana
terapi :
B.
Identitas Orang tua
1. Ayah
N a m a
:
U s i a
:
Pendidikan
:
Pekerjaan/sumber
penghasilan :
A g a m
a :
Alamat :
Ibu
N a m a
:
U s i a
:
Pendidikan
:
Pekerjaan/Sumber
penghasilan:
Agama :
Alamat :
B. Identitas Saudara Kandung
No,
Nama, Usia, Hubungan, Status Kesehatan.
KELUHAN
UTAMA
Rasa
sakit atau panas di uretra sewaktu kencing
RIWAYAT
PENYAKIT
1. Riwayat keperawatan sekarang.
Rasa
sakit atau panas di uretra sewaktu kencing, Urine sedikit,Rasa tidak enak di
daerah supra pubik
2. Riwayat keperawatan dahulu.
Anamnesa
pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah
mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
Selain
itu yang perlu diketahui dari riwayat kesehatan lalu adalah
a. Prenatal care
b. Pemeriksaan kehamilan : ... kali
c. Keluhan selama hamil : ...
d. Natal/persalinan
e. Lama dan jenis persalinan : spontan
f. Penolong persalinan : dukun
g. Cara untuk memudahkan persalinan : Tidak
ada
h. Komplikasi waktu lahir : Tidak ada
i. Post natal:APGAR SCOR
3. Riwayat Keluarga
Dapatkan
data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185).
4. Riwayat imunisasi :
- Imunisasi yang pernah diberikan.
- Bagaimana reaksinya
Pemberian
imunisasi sesuai dengan usia adalah sebagai berikut :
Umur
Vaksin
Keterangan
Saat
lahir
Hepatitis
B-1
· HB-1 harus diberikan dalam waktu 12
jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B
ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan
dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka
masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0
· Polio-0 diberikan saat kunjungan
pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan
Hepatitis
B-2
· Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan
BCG
· BCG dapat diberikan sejak lahir.
Apabila BCG akan diberikan pada umur
> 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan
BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan
DTP-1
· DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6
minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi
dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1
· Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan
dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1
· Polio-1 dapat diberikan bersamaan
dengan DTP-1
4 bulan
DTP-2
· DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2
· Hib-2 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2
· Polio-2 diberikan bersamaan dengan
DTP-2
6 bulan
DTP-3
· DTP-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3
· Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3
pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3
· Polio-3 diberikan bersamaan dengan
DTP-3
Hepatitis
B-3
· HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk
mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
· Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan,
campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18
bulan
MMR
· Apabila sampai umur 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4
· Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T
atau PRP-OMP).
18 bulan
DTP-4
· DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun
setelah DTP-3.
Polio-4
· Polio-4 diberikan bersamaan dengan
DTP-4.
2 tahun
Hepatitis
A
· Vaksin HepA direkomendasikan pada umur
> 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3
tahun
Tifoid
· Vaksin tifoid polisakarida injeksi
direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun
DTP-5
· DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun
(DTwp/DTap)
Polio-5
· Polio-5 diberikan bersamaan dengan
DTP-5.
6 tahun.
MMR
· Diberikan untuk catch-up immunization
pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
10 tahun
dT/TT
· Menjelang pubertas, vaksin tetanus
ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela
· Vaksin varisela diberikan pada umur 10
tahun.
5. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan
Fisik
1. Berat
badan : ... kg
2.
Tinggi badan : ... cm
3.
Pertumbuhan tiap tahap : normal sesuai umur/tidak.
Perkembangan
Tiap tahap Usia anak saat Berguling, duduk, merangkap, berdiri, berjalan dll.
6. Riwayat Nutrisi
- Pemberian ASI.
- Pemberian susu formula:
7. Riwayat Psikososial
- Hubungan antar anggota
keluarga,lingkungan
- Pengasuh anak : Orang tua , ibu dan
ayah kandung
8. Reaksi Hospitalisasi
- Pengalaman keluarga tentang sakit dan
rawat inap.
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
Untuk mendapatkan pertolongan & Perawatan sebab ibu tidak tahu apa yang
harus dilakukan di rumah.
- Apakah dokter menceritakan tentang
kondisi anak : Ya
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini
: orang tua berharap agar anaknya dapat sembuh kembali orang tua selalu
disamping anaknya, ayah dan ibu bergantian menjaga, juga ada sanak saudara yang
ikut manjaga.
9. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi
Sebelum Sakit dan Saat Sakit
1.
Selera makan.
2. Menu
makan.
3.
Frekuensi makan.
4.
Makanan pantangan.
5.
Pembatasan pola makan.
6. Cara
makan.
7.
Kebiasaan saat makan.
B.
Cairan
Kondisi
Sebelum Sakit dan Saat Sakit
1. Jenis
minuman
2.
Frekuensi minum
C.
Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi
Sebelum Sakit Saat Sakit
1.
Tempat pembuangan.
2.
Frekuensi (waktu).
3.
Konsistensi.
4.
Kesulitan.
5. Obat
pencahar Sembarangan
D. Istirahat tidur
Kondisi
Sebelum Sakit dan Saat Sakit
1. Jam
tidur
- Siang
- Malam
2. Pola
tidur
3.
Kebiasaan sebelum tidur
4.
Kesulitan tidur
E.
Personal Hygiene
Kondisi
Sebelum Sakit Saat Sakit
2. Mandi
F.
Aktifitas/Mobilitas Fisik/bermain
Kondisi
Sebelum Sakit Saat Sakit.
G.
Rekreasi
H. Pemeriksaan Fisik
Ø Keadaan umum klien : Lemah
Ø Tanda-tanda vital
S u h u
: Hipertermi
N a d i
: 120 X Permenit
Respirasi
: 42 X Permenit
Tekanan
darah : 100/60 MmHg
Ø Antropometri
Tinggi
Badan : ... Cm
Berat
Badan : ... Kg
Lingkar
lengan atas : ... Cm
Lingkar
kepala : 42 Cm
Lingkar
dada : 47 Cm
Lingkar
perut : 45 Cm
PEMERIKSAAN
FISIK
TTV :
sepsis
Infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder : pengosongan tidak
maksimal
Inflamasi dan lesi di uretra meatus dan vagina introitus
Kaji
perkemihan : dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang menyengat, nyeri pada
supra pubik
PEMERIKSAAN
PSIKOSOSIAL
Sering
terjadi pada usia remaja dan dawasa muda activitas seksual timbul perasaan
malu dan bersalah
Perasaan takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas
sexual
Nyeri
dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Urinalis urin tengah
Ketika
infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red
Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal
Tes
sensitifitas banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan
antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang
Pengkajian radiographic
Cystitis
ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat
retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi perubahan
dan abnormalitas structural)
Culture Mengidentifikasi bakteri penyebab
Sinar
X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly struktur nyata
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Rasa
nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih
Kriteria
hasil : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
Tujuan :
Tidak ada nyeri dan rasa terbakar saat berkemih
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Pantau :
Haluan
urine terhadap perubahan warna,bau dan pola berkemih
Masukan dan haluan setiap 8 jam
Hasil
urinalis ulang
Untuk
mengidentifikasi indikasi, kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan
2.
Konsul dokter bila :
Sebelumnya kuning gading-urine kuning,jingga gelap , berkabut atau keruh
Pola
berkemih berubah,sebagai contoh rasa panas seperti terbakar saat kencing , rasa
terdesak saat kencing
Nyeri
menetap atau bertambah sakit
Temuan-temuan
ini dapat member tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan lebih
luas,seperti pemeriksaan radiology jika sebelumnya tidak dilakukan
3.
Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Analgesik
memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri
4. Jika
frekuensi menjadi masalah, jamin akses kekamar mandi, pispot dibawah tempat
tidur atau bedpan.Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan
Berkemih
yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari
pertumbuhan bakteri
5.
Berikan antibiotic.Buat berbagai variasi sedian minuman, termasuk air segar
disamping tempat tidur.Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Akibat
dari peningkatan haluan urina memudahkan sering berkemih dan membantu membilas
saluran kemih
2.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko
nosokomial
Kriteria
hasil : Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,urinalisis
dalam batas normal,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri
Tujuan :
Tidak ada infeksi pada kandung kemih
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift.Jika pasien
inkontinensia,cuci perineal sesegera mungkin
Untuk
mencegah kontaminasi uretra
2. Jika
dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali perhari
(merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah
buang air besar
Kateter
memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik kesaluran
perkemihan
3. Ikuti
kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,pemakaian
sarung tangan),bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang mungkin terjadi
(memberikan perawatan perineal,pengosongan kantung drainase urina, penampungan specimen urine).Pertahanan
teknik aseptic bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari
kateter indwelling
Untuk
mencegah kontaminasi silang
4. Ubah
posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400
ml/hari(kecuali kontra indikasi).Bantu melakukan ambulasi sesuai kebutuhan
Untuk
mencegah statis urine
5.
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urina
Asam
urna menghalangi tumbuhnya kuman
3.
Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, pengobatan dan perawatan di rumah
Kriteria
hasil : Ibu klien menyatakan bahwa anak nya mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif
Tujuan :
pasien mampu mendemonstrasikan keinginan untuk mentaati rencana terapiutik
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Berikan iformasi tentang :
a.
Sumber infeksi
b.
Tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan
c.
Jelaskan pemberian antibiotic yang meliputi nama, tujuan, dosis, jadwal dan
catat efek sampingnya
d.
Pemeriksaan diagnostic, termasuk :
Tujuan
Gambaran singkat
Persiapan yang di butuhkan sebelum pemeriksaan
Perawatan sesudah pemeriksaan
Pengetahuan
apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
terapiutik
2.
Pastikan klien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatanlanut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan
Instruksi
verbal dapat dengan mudah dilupakan
3.
Instruksi klien untuk menggunakan seluruh antibiotic yang diresepkan. Minum
sebanyak 8 gelas/hari
Klien
seringmenghentikan obat mereka, jika tanda dan gejala mereda. Cairan menolong
membilas ginjal
E.
EVALUASI
Perawat
mengevaluasi keadaan klien , hasil yang di harapkan dan evaluasi tersebut
adalah :
Berkurangnya tanda dan gejala infeksi
Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
Mencegah adanya kekambuhan infeksi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cystitis
merupakan peradangan yang terjadi pada kandung kemih. Cystitis dibagi menjadi
dua, yaitu tipe infeksi (yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
parasit) serta tipe non infeksi (yang disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan
ideopatik). Insiden kebanyakan terjadi pada wanita. Berbagai pemeriksaan bisa
dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala cystitis. Perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa yang ada
B. SARAN
Perawat
diharapkan lebih teliti dalam melakukan proses keperawatan yang disini
ditujukan untuk mempercepat proses kesembuhan klien.
Semoga
untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan pribadi tiap – tiap
individu sehingga dapat terhindar dari penyakit Cystitis khususnya, dan
penyakit infeksi bakteri secara umum
DAFTAR
PUSTAKA
Andriole
VT (editor) : Lyme disease and other sperochetal disease, Rev Infect Dis 1989;
(Suppl 6) : S1433.
Britigan
BE et al : Gonococal infection: A model molecular pathogenesis, N Engl J.
Med 1985
; 312 :1682.
Hook EW
III, Holmes KK: Gonococal infection, An Intern Med, 1985; 102; 229.
Jawetz E
et al (eds) : Medical MIcrobiology, 19th ed , Appleton and Lange, Norwalk,
Connecticut/San Mateo Californiam 1991.
Jawetz.
E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta
1996
Joklik
W.K et.al (eds) : Zinserr Microbiology, 19th ed, Appleton Century-Crofts, New
York, 1988
Gupte S
: Mikrobiologi dasar. Edisi ketiga, Binarupa aksara Jakarta, 1990.
Morse
SA: Chancroid and Haemophylus ducreyi, Clin Micribiol Rev 1989; 2; 137.
Pelzar
Michael: Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 2 UI-Press Jakarta 1988.
Ryan:
Sherris Medical Microbiology , third edition, Prentice-hall America 1994.
http://www.freewebtown.com/cakmoki/ebook/infeksi
saluran kemih.pdf
http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/cystitis.htm
http://www.nhsdirect.nhs.uk/articles/article.aspx?articleId=119§ionId=7
http://www.kidshealth.org/teen/infections/common/uti.html
http://www.urologychannel.com/uti/index.shtml